Sebagai bagian dari kegiatan Tri Dharma, Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman melaksanakan sosialisasi dan pelatihan pengawetan bambu dengan metode Vertical Soak Diffusion (VSD). Bertempat di Sanggar Seni Darimu Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Tim yang diketuai oleh Arnie Widyaningrum, S.T., M.T., dengan anggota Gathot Heri Sudibyo, S.T., M.T., Gandjar Pamudji, S.T., M.T., dan Dr. Nor Intang Setyo Hermanto, S.T., M.T., memaparkan dan melatih metode tersebut di hadapan sekitar 13 perwakilan warga masyarakat pada hari Sabtu 26 Agustus 2017.

Pengrajin bambu yang ada di wilayah Desa Bokol, menurut Kepala Desa Bokol Bapak Suyatno, rata-rata sudah berusia lanjut karena mayoritas penduduk usia produktif di Desa Bokol merantau ke ibukota Jakarta. Sosialisasi dan pelatihan ini disambut dengan semangat oleh warga masyarakat karena dipandang sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengawetan bambu. Hal tersebut juga dipandang sebagai salah satu solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan pengrajin bambu Desa Bokol terkait dengan komoditas bambu hasil olahan warga. Kondisi olahan bambu selama ini kurang awet karena mudah mengalami “bubukan”.

Pada bagian awal sosialisasi masing-masing anggota tim memaparkan tentang karakteristik bambu dan aplikasi bambu pada struktur bangunan. Menurut Gathot Heri Sudibyo, S.T., M.T. bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan 1450 spesies. Spesies bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin pegunungan hingga daerah tropis panas. Lebih lanjut, Gathot menambahkan bahwa di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Hal ini karena bambu memiliki sistem rhizoma-dependen unik.  Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Khusus di wilayah Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya lima jenis bambu/pring dapat dengan mudah ditemui, yaitu bambu/pring tali, wulung, ampel, petung, kuning, dan pring tulup.

Dr. Nor Intang Setyo Hermanto, S.T., M.T. menyampaikan bahwa seiring dengan semakin menipisnya kayu bermutu tinggi, bambu pada akhirnya menjadi salah satu alternatif bahan bangunan yang menjanjikan. Selama ini sudah banyak ulasan yang membahas tentang penggunaan bambu yang diaplikasikan pada bangunan, namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara penyambungannya. Nor Intang dalam hal ini menjelaskan cara dan teknik menyambung komponen bambu secara modern agar secara struktural konstruksi bambu lebih aman digunakan.

Berkaitan dengan metode pengawetan bambu, Arnie Widyaningrum, S.T., M.T mengemukakan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal metode pengawetan bambu secara tradisional telah dikenal secara turun temurun.  Menurutnya,  bambu adalah bahan alami yang bersifat organik sehingga tanpa perlakuan tertentu untuk melindunginya, daya tahan bambu akan kurang dari tiga tahun.

Kegiatan PKM ini bertujuan untuk mengenalkan salah satu metode pengawetan bambu secara modern yaitu dengan metode Vertical Soak Difussion (VSD). Dalam metode ini digunakan campuran borax dan boric acid kedalam air sebagai bahan pengawetnya. Cara pengawetannya adalah dengan mengalirkan campuran pengawet tersebut kedalam bambu yang ditegakkan secara vertikal (berdiri). Sebelum dimasukkan cairan, ruas bambu bagian tengah dihilangkan agar cairan pengawet dapat masuk ke seluruh batang bambu (dari bagian atas sampai bagian bawah). Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai dipastikan seluruh cairan pengawet terserap sempurna ke seluruh batang bambu. Metode ini membutuhkan waktu beberapa hari tergantung panjang bambu yang diawetkan.

Melalui kegiatan PKM diharapkan masyarakat dan pengrajin bambu Desa Bokol dapat membuat industri bambu yang awet dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. (ed. PH)

Like (0)