Kurikulum Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik UNSOED diharapkan
mampu memenuhi harapan dan tantangan nasional maupun global. Kurikulum Program Studi
Teknik Sipil berisi bidang-bidang kajian yang menunjang dalam hal perencanaan, perancangan,
pembangunan, pengawasan, dan pembongkaran proyek-proyek infrastruktur publik, yaitu seperti
bandar udara, jembatan, gedung, saluran, bendungan, tempat pembuangan sampah, tanggul,
jaringan pipa, jalan, selokan, jaringan kereta bawah tanah, terowongan, dan sistem pasokan air.
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, jumlah anggaran infrastruktur nasional selalu
meningkat, kecuali pada tahun 2020 yang lebih rendah dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya
karena dialihkan sebagian untuk penanganan pandemik Covid-19.
Pembangunan infrastruktur tersebut merupakan simpul penting pertumbuhan ekonomi,
mendorong investasi yang produktif, terciptanya lapangan kerja, serta pengurangan kemiskinan.
Pembangunan infrastruktur yang menghubungkan antar daerah dengan baik, lancar, dan aman,
selain kebijakan fiskal yang mendukung, harapannya adalah masuknya investor. Melalui investasi
yang masuk tentu diharapkan membuka lapangan kerja baru. Hal inilah yang mendasari lompatan
demi lompatan yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang infrastruktur.
Yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini adalah cepat dan selamat. Cepat dalam mengejar
ketertinggalan namun aspek-aspek teknis, ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan keamanan harus
selalu dijaga. Untuk mewujudkan hal ini, sumber daya manusia yang handal sangat diperlukan.
Kehandalan sumber daya manusia dalam aspek kecepatan menuntaskan pekerjaan bisa dipenuhi
jika bidang teknologi informasi dan otomasi bisa dikuasai. Saat ini, kemajuan teknologi sudah
mempengaruhi proses konstruksi, membuka jalan bagi teknik bangunan ‘pintar’. Building
Information Modeling (BIM) memungkinkan para insinyur membuat model virtual dari desain
mereka. Teknologi drone memungkinkan survei lokasi bangunan dengan mengumpulkan gambar
resolusi tinggi untuk dimasukkan ke dalam sistem fotogrametri.
Di samping aspek teknis yang berkembang, dunia teknik sipil secara global semakin
menyadari kenyataan menyusutnya sumber daya, keinginan untuk praktik dan desain yang
berkelanjutan, dan kebutuhan akan keadilan sosial dalam konsumsi sumber daya. Desain dan
perancangan infrastruktur sebisa mungkin menggunakan konsep daur ulang, baik dengan bahan
daur ulang, atau dengan membuat komponen proyek yang dapat didaur ulang di akhir masa
pakainya. Proses baru, yang tidak berbahaya bagi lingkungan, harus mulai diterapkan, dan
konstruksi harus didasarkan pada teknologi hijau dan bangunan pintar (green and smart-building
technologies).
Kesempatan dan tantangan pesatnya pembangunan infrastruktur harus diantisipasi oleh
pelaku jasa konstruksi dengan meningkatkan kemampuan teknologi dan juga kualifikasi
pendidikan dan ketrampilan mereka. Saat ini untuk menjadi seorang team-leader di sebuah
kegiatan perencanaan/perancangan konstruksi, diperlukan kualifikasi pendidikan minimalsetingkat
S-2 (program magister). Penguasaan ilmu teknik sipil yang semakin berkembang tidak hanya perlu
dikuasai oleh perencana, perancang, pengawas, ataupun pelaksana pekerjaan infrastruktur teknik
sipil saja. Aparatur sipil negara baik di tingkat pemerintah pusat ataupun daerah baik di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, terutama departemen/dinas teknis terkait yang bertanggung jawab
mengawal penggunaan uang negara, dituntut untuk menguasai permasalahan yang mungkin timbul
karena pembangunan infrastruktur di wilayah mereka. Seorang kepala bidang di dinas teknis
terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum-Penataan Ruang, Dinas Perhubungan, Dinas Sumber Daya
Air, Dinas Bina Marga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Bappeda, sebuah kabupaten,
saat ini disyaratkan untuk mempunyai kualifikasi pendidikan setingkat program magister (S2).
Tren nasional dan global dalam pembangunan infrastruktur memberikan kesempatan dan
tantangan bagi Program Studi Magister Teknik Sipil UNSOED dalam pelaksanaan Pola Ilmiah
Pokok (PIP) UNSOED, yaitu pengembangan sumber daya perdesaan dan kearifan lokal
berkelanjutan. Secara umum, bagi para praktisi teknik sipil, tekanan untuk mempelajari semua
aspek pekerjaan infrastruktur lebih besar pada wilayah perdesaan karena mereka tidak mungkin
untuk berspesialisasi dalam satu bidang saja karena bukan hanya aspek teknis, namun aspek
administrasi dan hubungan masyarakat juga perlu dikuasai. Karena lokasi pekerjaan sering kali
berada di wilayah terpencil, untuk pembiayaan yang efektif, pelaksana pekerjaan infrastruktur di
perdesaan juga harus jeli memanfaatkan sumber daya lokal yang banyak tersedia di perdesaan. Hal
ini sesuai dengan salah satu profil lulusan Magister Teknik Sipil Unsoed yaitu menjadi praktisi di
bidang jasa konstruksi yang mempuyai kemampuan manajerial dengan menerapkan aspek teknis,
ekonomi, lingkungan, kesehatan, keamanan dan mempertimbangkan kearifan lokal.
Aspek mitigasi kebencanaan akibat terbangunnya infrastruktur juga harus menjadi salah satu
perhatian. Sebagai contoh pada proyek pembangunan jalan tol sebagai prasarana penghubung antar
wilayah harus diperhitungkan dampaknya pada wilayah yang dilewati, antara lain perubahan
pada karakteristik daerah aliran sungai, topografi bentang alam, dan juga pola transportasi wilayah
yang bersangkutan. Proyek-proyek sumber daya air seperti bendungan, embung, irigasi, yang
banyak berhubungan langsung dengan wilayah perdesaan yang agraris, harus melibatkan
masyarakat dan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini semua mendasari didirikannya Program
Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik UNSOED untuk berfokus pada pengembangan
sumber daya lokal yang berkelanjutan dan mitigasi kebencanaan.