Dua dosen Jurusan Teknik Sipil Unsoed yaitu Wahyu Widiyanto dan Sanidhya Nika Purnomo memenuhi undangan dari Departemen Cultural Heritage Conservation, National Yunlin of Science and Technology (Yuntech) University – Taiwan untuk menjadi narasumber yang membagikan informasi seputar pelestarian warisan budaya di Indonesia pada konferensi internasional tentang warisan arsitektural dan perkembangan kota. Kedua dosen tersebut menyajikan judul “Earthquake and Tsunami Hazards to Historic Buildings and Structures in Indonesia” dimana pada paparannya berisi bahasan tentang masalah ancaman bahaya gempa dan tsunami terhadap bangunan bersejarah atau cagar budaya di Indonesia.
Konferensi itu sendiri bertajuk “Architectural Heritage and Town Development, an Asia Challenge”, dilaksanakan di International Conference Hall – Yuntech University pada tanggal 20 November 2018, dan mendiskusikan problema konservasi cagar budaya dalam menghadapi pembangunan atau perkembangan kota, khususnya untuk negara-negara Asia. Topik yang disajikan meliputi Asian industrial heritage, small town experience, traditional earth construction, cultural landscape documentation, dan heritage between preservation-development.
Dalam kesempatan tersebut Wahyu Widiyanto dan Sanidhya Nika Purnomo menyampaikan faktor alam yaitu gempa dan tsunami sebagai salah satu ancaman potensial terhadap usaha pelestarian cagar budaya di Indonesia. Hal ini dikarenakan bangunan-bangunan cagar budaya tersebar sangat banyak dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, dimana sebagian besar wilayah tersebut berpotensi gempa dan tsunami. Isi paparan keduanya meliputi sejarah Indonesia, potensi gempa dan tsunami di Indonesia, kejadian tsunami terbaru di Palu, fungsi-fungsi bangunan bersejarah, rekonstruksi bangunan pasca gempa dan tsunami, serta aplikasi geographycal information system (GIS) dalam penyusunan peta kerawanan cagar budaya terhadap gempa dan tsunami. Dengan mengambil kriteria bahwa bangunan cagar budaya yang terletak kurang dari 500 meter dari garis pantai dikategorikan sebagai rawan diterjang tsunami, maka disusun peta yang menunjukkan posisi dari bangunan cagar budaya di Indonesia sehingga dapat diketahui tingkat kerawanannya. Perlu diketahui bahwa sampai akhir Bulan November 2018, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mencatat sebanyak 86.334 kandidat cagar budaya berstatus terdaftar (register), 41.886 terverifikasi, 1.488 terekomendasi dan 1.423 telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Dalam rangka pengelolaan cagar budaya tersebut, khususnya dalam kaitan mitigasi gempa dan tsunami, diperlukan peta yang memuat informasi mengenai posisi dan kerawanan cagar budaya. Peta inilah yang telah dibuat dan sedang dikembangkan oleh kedua nara sumber dari Jurusan Teknik Sipil Unsoed tersebut.
Maju terus pantang menyerah!